Artikel Terkait: Sejarah Kerajaan Kutai & Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya
Prasasti lainnya menyebutkan adanya hadiah dari Raja Mulawarman kepada pendeta ditempat suci bernama Waprakeswara berupa 20.000 ekor lembu sebagai tanda kebaikan sang raja. Untuk menghormati kebaikan raja tersebut dibuatlah yupa oleh para brahmana. Bentuk hadiah atau kurban (sedekah) yang besar itu dapat dianggap sebagai kelengkapan dalam upacara penyucian diri untuk masuk ke dalam Kasta Brahmana bagi keluarga raja. Upacara semacam itu di India disebut dengan Vratyastoma.
Agama yang dianut Raja Mulawarman adalah Hindu Syiwa. Hal itu ditunjukkan oleh salah satu prasastinya yang menyebutkan tempat suci Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu disebut berhubungan dengan tiga dewa besar (trimurti) yaitu Brahma, Wisnu, Syiwa.
Kerajaan Kutai mengalami perkembangan yang pesat pada saat itu karena merupakan tempat yang baik untuk persinggahan kapal-kapal yang menempuh rute perdagangan melalui Selat Makassar. Hal itu diperkuat dengan ditemukannya peninggalan di Sulawesi Selatan berupa Arca Dewi Tara yang biasa dipuja para pelaut yang akan berlayar.
Perkembangan Kerajaan Kutai selanjutnya tidak banyak diketahui karena keterbatasan sumber tertulis yang berupa prasasti.
Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kerajaan Kutai
b. Bidang Sosial. Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kutai menunjukkan bahwa masyarakat Kutai telah terpengaruh oleh peradaban India, terutama kalangan keluarga kerajaan. Pada dasarnya, sebagian masyarakat Kutai menerima unsur budaya yang datang dari India. Meskipun begitu, sebagian besar rakyat Kutai masih berpegang kepada kepercayaan warisan leluhurnya. Unsur-unsur budaya India yang masuk tersebut disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
c. Bidang Budaya. Prasasti berbentuk Yuoa merupakan ciri khas peninggalan kebudayaan Kerajaan Kutai. Penggunaan huruf Pallawa menunjukkan adanya pengaruh India Selatan dalam penulisan pada prasasti berbentuk Yupa tersebut. Perlu diingat bahwa yupa merupakan bentuk kelanjutan dari kebudayaan asli nenek moyang bangsa Indonesia zaman Megalitikum. Yupa merupakan perkembangan dari bentuk menhir yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja roh nenek moyang. Yupa diperkirakan sebagai tempat untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan kepada para dewa.
Baca Juga:
- Suparman.dkk. 2002. IPS Sejarah untuk SLTP Kelas I. Berorientasi pada kurikulum berbasis Kompetensi. Solo: Tiga Serangkai.