Sejarah Singaprna – Singarpana adalah daerah bersejarah yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya di Provinsi Jawa Barat. Sejarahnya melawan masa pendudukan Jepang di indonesia. Akibat kebijakan Jepang yang menyengsarakan dan tidak sesuai kepecayaan membawa keresahan dan perlawanan tokoh-tokoh singaparna, rakyat singaprna khususnya pesantren Sukamanah.
Di pesantren tersebut terdapat tokoh yang bernama K.H Zainal Mustafa bersama seluruh santrinya menolak untuk bekerja sama dengan adanya ketentuan Jepang. Salah satunya adalah Seikerei untuk memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang (Tenno Haika).
Latar Belakang Terjadinya Perang Singaparna
Kebijakan dengan membungkuk ke arah timur di pagi hari yang gerakannya mirip dengan ruku’ dalam shalat. Seikerei juga berarti pengakuan bahwa Tenno Haika adalah keturunan “Dewa Matahari” (Ameterasu) yang merupakan tindakan musyrik.
Ini dilakukan seluruh instansi baik itu pekerja resmi, karyawan serta murid sekolah. Namun saat Januari 1944, semua orang dikumpulkan di lapangan Singaparna seikerei, namun KH Zainal Mustafa menolak dan meninggalkan lapangan dan langsung kembali ke pesantren Sukamanah.
Perlawanan K.H. Zainal Mustafa membuat menarik perhatian para tentara Jepang dan dianggap menghina Kaisar Jepang. Inilah awal latar belakang terjadinya ketegangan antara Jepang.
Tidak hanya itu, badan pangan Jepang (Kumiai) melampaui batas dengan merampas hasil panen dan pangan rakyat. Akibatnya berdampak kelaparan di desa dan para santri tidak bisa membawa bekal persedian beras di rumah orang tua yang habis di jarah oleh Jepang saat pos pemeriksaan di Kudang, Singaparna.
Sebelum terjadinya perlawanan Singarpana, Jepang mengirim polisi pada 23 Februari 1944 untuk berunding dengan Zainal Mustafa. Akan tetapi, kegigihannya tak kendor dan bahkan menahan polisi tersebut,

Perlawanan Rakyat Singaparna
Hingga kedua kalinya pada 24 Februari bersama pejabat daerah yang memihak jepang yang ingin menangkap Zainal Mustafa, namun tak mampu.
Para santri menenangkan peperangan dan berhasil direbut yaitu 12 senapan, 3 pucuk pistol, dan 25 senjata tajam yang disimpan dan tidak dipakai. Pada 25 Februari, usai salat Jumat kembali terjadi perlawanan dan berhasil di menangkan oleh para santri.
Namun tak berlangsung lama, dikirim 6 kompi tentara untuk mengempung dari 3 arah selatan, timur utara Desa Sukamanah Mendekati Ashar, Jepang semakin gigih dengan memakai memakai kendaraan lapis baja berusaha menerjang pesantren dan secara keji memaksa beberapa penduduk desa berdiri di barisan depan.
Tapi, rakyat singarparna melawan dengan membuat rintangan di Jalan, hingga tentara Jepang kesusahan untuk masuk dan hanya berbejal senjata seadanya seperti golok, pedang parang, bambu runci, dan batu mengajak duel Jepang dengan tembakan.
Akibat kurangnya senjata, menjelang malam KH Zainal Mustafa dan para santri mundur ke Kampung Cihaur, KH Zainal Mustafa bersama 27 santri dan gurunya Kyai Najamuddin, Kyai Umar, Domon dan A. Hidayat.
Pada 26-29 Februari banyak dari penduduk desa disekitar pesantren ditangkap tentara Jepang. Pada 25 Oktober 1944 didapatkan keterangan bahwa mereka telah dibunuh oleh Jepang.
Demikianlah informasi mengena topik yang berjudul Sejarah Perlawanan Singaparna Melawan Jepang Secara Singkat. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam berbagi teman-teman.