Sejarah Koreri di Biak – Secara etimologi, istilah kata koreri berasal dari bahasa Biak, “ko” yang artinya kita, dan “rer” yang artinya ganti kulit, untuk mengubahnya menjadi kata sifat, diberikan imbuhan i. Artinya menjadi kita menggantikan kulit, dalam arti luas berarti kita menjadi baru kembali. Dalam sejerahnya, gerakan koreri adalah gerakan yang berasal dari mitologi atau mitos dari biak. Dalam mitologi ini mengisahkan orang tua dari biak yang memiliki rahasia kehidupan abadi yang disebut koreri. Orang tua itu bernama Mananarmakeri atau biasa disebut kayan sanau atau kayan biak.
Namun karena sifat orang biak yang tidak jujur dan penuh nafsu duniawi sehingga orang tua itu pergi ke barat. Kepergiannya, membuat orang-orang biak meninggalkan sifat tersebut dan berharap koreri kembali bersama rahasinya. Gerakan koreri yang mengharapkan bahagia dan abadi membuat segalah penyebab penderitaan itu ditentang, seperti menentang kekuasaan asing (belanda dan jepang) serta agama kristen. Atau tujuannya untuk mempertahankan kebudayaan asli dari pengaruh kebudayaan asing menjadi tujuan politik untuk menentang kekuasaan asing.
Latar Belakang Adanya Koreri di Biak
Gerakan Koreri lahir di biak diawali dari tahun 1938, dimana anak yang lahir dengan nama Insernsowek dan dibaptis dengan nama Angganitha. Dia diusir karena penyakit kulit dan beri-beri. Sekembalinya, ia sehat dan terlihat cantik berkat bantuan Mananarmakeri.
Berita itu tersebar luas hingga penduduk mengakui bahwa Angganitha adalah orang yang diutus. Dia dianggap wanita yang luar biasa hingga kekaguman menjadi bentuk pendewaan. Saat itu terjadilah penolakan terhadap agama kristen dan pemerintah puasa ke agama dan pemerintahan baru yakni mitologi Koreri dengan toko utamanya Mananarmakeri.
Latar Belakang Munculnya Gerakan Koreri Di Biak
- Gerakan Koreri merupakan salah satu gerakan millenarium
- Motif awal adalah mempertahankan eksistensi kebudayaan asli
- Tahap selanjutnya menentang dominasi asing
- Gerakan Koreri masih bersifat kedaerahan dan sangat tergantung pada pemimpin
Gerakan-Gerakan Koreri di Biak
Sejarah gerakan perlawanan koreri di biak berlangsung selama periode 1938 sampai dengan 1943.
1. Gerakan Koreri di Biak Dibawah Pimpinan Angganitha
Pada awalnya gerakan ini dipimpin oleh Angganitha, Gerakan yang membuat orang berdatangan di biak mencurigakan hingga pemerintah dan pendeta kristen untuk memerintahkan gerakan Angganitha untuk berhenti namun hal itu ditolak. Tak tinggal diam, rumah di daerah Insumbabi dibakar. Namun hanya sebulan, rumah-rumah kembali pulih hingga membuat pemerintah memenjarakan Angganitha. Bebas dari penjara, pada akhir tahun 1941, ia kembali menghidupkan gerakannya dengan melawan pemerintah secara terang-terangan. Apalagi saat perang Jepang dengan sekutu pecah.
Untuk memperkuat daerahnya, ia membentuk struktur dengan jabatan tuan damai atau bin damai di setiap kampung. Setiap kampung diberikan bendera koreri . Dan katakan bahwa bendera yang akan dipakai di seluruh irian adalah bendera dengan corak tiga, biru, putih dan merah. Pemerintah kembali mengambil tindakan untuk membakar semua rumah di pulau itu, dan pada 8 Mei 1942 Angganitha ditangkap dan dibawah ke bosnik dan diasingkan ke manokwari. Pembuangan itu membuat gerakan koreri berakar hingga dua tokoh utama lahir yakni Stephanus Simopyaref dan Korinus Birmor Boseren.
2. Gerakan Koreri di Biak Dibawah Pimpinan Stephanus Simopyaref
Berasal dari manswam, biak selatan yang pandai berbicara. Orang yang pernah dipenjara di Jawa dan Maluku. Saat pendudukan Jepang dia dipenjara Monokwari hingga dibebaskan ia pulang ke biak dengan membawa sejumlah kitab suci. Sepulangnya, ia rapat dan mengangkat Angganitha sebagai ratu dan dirinya sebagai Jenderal dan membentuk angkatan bersenjata serta membebaskan Angganitha.
Selain itu, orang yang menentang harus dibasmi, dan dipaksa ikut untuk bergabung dengan setiap gerakan memakai bendera koreri dengan tanda salib berwarna biru pada pada bagian putih dan bintang bagian merah. Seluruh irian dari pulau gede di sebelah barat sampai merauke dan Jayapura timur berada di kekuasaan bendera koreri. Melalui kepemimpinan Stepanus menjadi gerakan politik.
Misi pembebasan Angganitha ini terus dilakukan hingga Stepanus berunding dengan Jepang ternyata ditolak dan Angganita tetap dijatuhi hukum Pancung di Manokwari. Kejadian itu membuat marah dan rapat digelar hingga peperangan terjadi di Kapal Jepang. Delegasi jepang muncul dan meminta Stepanus untuk menyampaikan hal itu di pimpinan Jepang di Manokwari. Namun terdengar berita, bahwa Stepanus dan ANgganita dipancung oleh Jepang membuat banyak orang yang bingung dan pulang ke kampung masing-masing.
3. Gerakan Koreri di Biak Dibawah Pimpinan Korinus Birmor Boseren
Sebagai teman satu sel Stepanus bersama dibebaskan dan kembali di sebelah barat laut biak, Birmori tetap diam. Namun saat stepanus berakhir, Birmori mengambil alih dan mengangkat dirinya sebagai raja Damai Wopes. Daerah ini menjadi pusat gerakan, dan pada desember 1942, Birmori menyatakan tidak mau bekerja sama dengan Jepang secara terbuka.
Orang yang menjadi mata-mata jepang harus dihukum atau dibunuh dan sekolah ditutup karena berbahasa Jepang. Dibawah pimpinan Yasminoto yang datang ke Wopres bersama pasukan irian dan polisi Jepang, ia menyerang Wopres. Namun didahulu dimana Birmori lebih dulu membunuh orang Jepang hingga orang Jepang berlarian. Mendapati pembalasan Jepang, Birmori lari kehutan, namun istrinya dibunuh. Saat menguburkan istrinya, Birmori diserang dan kepalanya dipolotong oleh anggota keluarga dekatnya dan diserahkan ke Jepang.
4. Gerakan Koreri Setelah Tahun 1943
Setelah itu gerakan koreri menyebar dimana-mana, seperti daerah teluk Saireri (hingga ke Raja Ampat) dan kembali ke Kwatisori (Wandamen) tahun 1950. Sebelum tahun 1948, munsul gerakan korei di Monokwari daerah Waerew yang dipimpin seorang wanita. Pada tahun 1952 dan 1954 di daerah danau Wissel (Paniai) terdapat gerakan Wege yang anggota mengharapkan datang Ratu Adil dari Jawa yang dasarnya dari dongeng Situgumina.
Ia mempersiapkan diri dan membangun barak di tengah hutan yang dipimpin oleh Zacheus Pakage dengan pengalaman yang banyak. Di Biak Utara tahun 1968 yang dipimpin oleh Jan Pieter Karma terjadi pemberontakan karena menyerang pos ABRI namun terhenti pada April 1969. Kegiatan OPM ini dipimpin oleh Melkianus Awom dan Nataniel Awom dan menyerang pos ABRI serta pengibaran bendera papua Manokwari di kantor Kehutanan Reremi pada 1 November 1965. Gerakan ini terus berlanjut hingga saat ini walaupun selalu dilakukan penumpasan.
Demikian informasi mengenai topik yang berjudul Sejarah Latar Belakang Perlawanan Koreri di Biak. Semoga informasi ini dapat bermafnaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam berbagi teman-teman.