Sejarah Perjuangan Opu Daeng Risaju Dalam Rangka Integrasi



Sejarah Perjuangan Opu Daeng Risaju – Sejarahnya dalam Integrasi, sosok Opu Daeng Risaju adalah pahlawan wanita kerajaan Luwu, Sulawesi Selatan. Ia merupakan keluarga bangsawan, yang dipanggil dengan nama Famajjah.

Sosok pahlawan Opu Daeng Risaju ini sehingga dirinya diberi gelar kebangsawan kerajaan Luwu. Walaupun Opu Daeng Risaju yang biasa diapnggil Famajjah ini tidak pernah sedikitpun merasakan pendidikan yang layak, yang dirasakan oleh anak-anak bangawasan.

Opu Daeng Risaju memiliki perilaku yang religius sebab sedari dini, Opu Daeng Risaju ditekankan untuk memahami ajaran dan nilai moral budaya serta agama. Dalam hal ibu agama, Opu Daeng Risaju mempelajari ilmu fiqih lewat buku karangan Khatib Sulaweman Datuk Patimang.

Latar Belakang

Dalam pelajaran ilmu agama, beliau ditemani oleh ahli agama dan ulama. Tidak hanya itu, Fajjama juga diberi edukasi tentang kebangsawan di lingkungan kerajaan. Sosok pahlawan Opu Daeng Risaju mulai ada saat tentang NICA yang menggeledah rumah Opu Gawe.

Namun tidak mendapatkan apa-apa. NICA mendatangi, mengobrak-abrik mesjid dan menginjak Al-Qur’an. Peristiwa sejarah ini di Luwu membuat pemuda memberi peringatan. Namun peringatan dianggap biasa-biasa saja, membuat pada 23 Januari 1946 para pemuda dan NICA mengalami konflik bersenjata sampai ke kota Beloppa tempat Opu Daeng Risaju tinggal.

Peran Opu Daeng Risaju

Peran yang ditampilkan Opu Daeng Risaju di Belopa sangat besar melawan tentara NICA. Dirinya membangkitkan dan memobilisasi pemuda. Bukti nyata tindakan dari Opu Daeng Risaju mendirikan cabang PSII Palopo.

Melalui pendirian cabang PSII Palopo berhasil diresmikan 14 Januari 1930. Pada tanggal itu Opu Daeng Risaju terpilih sebagai ketua PSII Palopo. Saat itu dihadiri oleh aparat kerajaan Luwu, pengurus PSII Pusat, pemuka masyarakat, hingga hadir juga Kartosuwiryo.

Namun organisasi tidak bergerak banyak saat kedatangan Jepang. Namun pergerakan Opu Daeng Risaju kembali aktif saat NICA sampai mengupakan berbagai cara menghentikannya.

Bahkan Opu Daeng Risaju diburu dengan siapapun yang bisa menangkapnya dengan bentuk pengumuman dari pihak NICA. Namun kesolitan dan nama besar Opu Daeng Risaju membuatnya persembunyiannya, tidak ada seorang pun yang berani menyetujui imbalan dari NICA.

Sejarah Perjuangan Opu Daeng Risaju Dalam Rangka Integrasi (Foto: Artikelsiana.com)
Sejarah Perjuangan Opu Daeng Risaju Dalam Rangka Integrasi (Foto: Artikelsiana.com)

Mundurnya Opu Daeng Risaju 

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tentara NICA di Lantoro dibawa menuju Watampone dengan berjalan kaki sepanjang 40 km.

Pada akhirnya Opu Daeng Risaju ditahan di Bone sampai 1 bulan, hingga pindah ke Sengkan dan ke Bajo. Saat itu Opu Daeng Risaju disiksa oleh Kepala Distrik Bajo, Ladu Kalapita.  Opu Daeng Risaju dipaksa untuk berdiri tegap menghadap matahari saat tengah berusia 67 tahun.

Bahkan Kalapita menembak senjata yang dekat dengan telinga Opu Daeng Risaju sampai dirinya tuli seumur hidup. Pada akhirnya sosok Opu Daeng Risaju dibebaskan tanpa diadili setelah 11 bulan ditahan yang kemudian kembali ke Bua dan menetap di Belopa.

Pada tahun 1949, setelah kedaulatan RI mendapat pengakuan, Opu Daeng Risaju pindah ke Pare-Pare mengikuti anaknya Haji Abdul Kadir Daud. Dalam PSII pun Haji Abdul Kadir Daud tak lagi aktif sejak 1950 dan hanya menjadi sesepuh di organisasi tersebut.

Opu Daeng Risaju wafat di usianya yang ke 84, tepatnya pada 10 Februari 1964. Pemakamannya dilakukan di perkuburan raja-raja Lokkoe di Palopo tanpa ada upacara kehormatan, sebagaimana yang biasanya dilakukan terhadap sosok pahlawan yang wafat.

Demikianlah informasi mengenai Sejarah Perjuangan Opu Daeng Risaju Dalam Rangka Integrasi. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam berbagi teman-teman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *