Kronologi Tewasnya Mallaby Penyebab Pertempuran Surabaya 10 November 1945



Pasukan sekutu akhirnya datang ke Indonesia untuk dapat melucuti tentara Jepang dan membebaskan orang-orang Eropa yang telah menjadi tawanan perang. Diantara tawanan-tawanan ini ada orang-orang Belanda juga. Sebelum tentara sekutu datang.

Orang-orang Indonesia telah mengambil perlengkapan senjata tentara Jepang. Hal ini yang tidak disukai oleh pihak Sekutu yang hendak melucuti senjata Jepang. Mereka ingin semua senjata Jepang ada di tangan mereka karena mereka datang sebagai pemenang peperangan.

Tentara sekutu yang ada di Surabaya adalah militer Inggris dari Brigade infanteri India 49 Maratha dibawah komando Brigadir Jenderal Mallaby. Pasukan ini terdiri atas beberapa orang India dalam militer Inggris yang disebut sebagai Indian Army.

Mereka pun tiba di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Pasukan ini yang telah membuat Indonesia tambah marah besar karena telah membebaskan orang-orang Belanda yang sudah ditawan oleh pihak Jepang. Bahkan Pemuda Indonesia juga ikut dilucuti senjatanya.



Kekecewaan yang bErakhir Kematian

Sebenarnya Brigjen Mallaby kecewa terhadap atasannya saat mendarat di Surabaya. Karena Mallaby dalam situasi yang sulit karena permusuhan orang Surabaya telah mulai muncul. Duduk perkaranya karena pihak Inggris sudah lebih dulu memerintahkan untuk menyebarkan ultimatum kepada orang-orang Indonesia supaya bisa menyerahkan senjatanya.



“Panglima merusakkan segalanya dengan menyebarkan pamflet yang berisikan ultimatum dari pesawat yang tinggal landas dari Betawi tanpa memberikan isinya terlebih dahulu kepadaku” tulis Mallaby dalam suratnya kepada iStrinya. “Pamflet ini adalah suatu tamparan yang sangat memalukan bagiku sebagai perwira tinggi.



Mallaby bersama pasukannya pun terjebak dalam permasalahan. Ditambah lagi dengan adanya militer inggris yang sudah main lucut senjata yang telah membuat pemuda Surabaya menjadi ngamuk. Surabaya pun pada akhirnya memanas. Terjadi pertempuran selama tiga hari antara Brigade 49 melawan pejuang Republik Indonesia dari berbagai elemen.

Mantan Letnan Kolonel A.J.F Doulton menyebutkan tiga hari itu sebagai neraka. Setiap pos militer inggris yang terkepung itu sudah pasti akan segera dihancurkan. Pejuang Republik Indonesia tidak menghiraukan jumlah korban yang jatuh. Sumber-sumber Indonesia menyebutkan pada saat itu sekitar tanggal 28 – 29 Oktober 1945, Inggris sudah kewalahan dan hampir dihabisi di Surabaya.

Terjepitnya Brigade 49 di Surabaya itu telah membuat pemimpin militer Inggris di Jakarta, Mayor Jenderal Howthor mengajak pemimpin republik Indonesia di Jakarta untuk bisa berunding. Berharap wibawa Presiden Soekarno dapat membuat amarah dari pemuda Surabaya bisa mereda.

Setelah kedatangan presiden Soekarno dan pejabat lainnya di Surabaya, terbentuklah biro khusus yang bisa menjadi kontak yang menengahi konflik antara militer Inggris dan pemuda Surabaya. Mereka yang duduk dalam biro: dari pihak Indonesia diantaranya Guberno Soerjo, Mohammad Mangundiprojo, DOel Arnowo, REsiden Soedirman, Ruslan Abdul Gani, Soejono, Kusnandar, Soengkono, dan Armadji. Sedangkan dari pihak Inggris diantaranya Kapten H. Shaw, Wing Comamander Groom, Kolonel L.H.O Pugh, Brigadir Mallaby dan Mayor M. Hobson. Ditengah dua pihak tersebut ada T.D. Kundan.

Untuk mengupayakan perdamaian di Surabaya mereka melakukan pawai mobil di Surabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945, Mallaby dan Doel Arnowo sempat duduk berdua di kap mesin sebuah mobil. Setelah melewati gedung Lindeteves, mereka pun mengarah ke Jembatan Merah. Di sana mereka berhenti di gedung Internatio yang memiliki prajurit inggris berdarah India.

“Rakyat di muka Gedung Internatio yang semula sudah tampak tenang, timbul amarahnya dengan beratus-ratus mengejar iring-iringan dan menutupi jalan hingga terpaksa rombongan berhenti, persis di muka Jembatan Merah. Keadaan sangat gaduh,” tulis Mohammad Mangundiprojo dalam risalah yang dimuat dalam Seratus Hari Di Surabaya Yang Menggemparkan (1975).

Rakyat yang sudah berkerumun itu tidak mengetahui siapa Mallaby. PErwira yang hampir berumur 46 tahun itu hendak masuk di gedung Internatio. Dia dihalangi oleh massa rakyat di luar gedung. “Jangan yang tua, yang muda saja” kata salah satu massa rakyat. Pada akhirnya kapten Shaw disuruh masuk di Gedung Internatio oleh Mallaby.

Sebetulnya, menurut Mangundiprojo, mallaby sudah setuju untuk gedung Internatio dikosongkan dari militer pihak Inggris. Mangundiprojo sendiri memasuki gedung tersebut untuk ikut berunding. Saat berada di dalam itulah, mangundiprojo melihat sebuah mortir telah disiapkan oleh tentara Inggris.

Hari sudah hampir gelap pada saat itu. Akan tetapi ketegangan masih belum juga reda. Di dalam gedung, orang-orang Indonesia yang menjadi anggota biro segera menjadi sandera saat suara tembakan telah meletus. Tidak jelas siapa yang telah memulai tembakan dalam kekacauan tersebut. Di dalam gedung Internatio terdapat beberapa perwira inggris begitu khawatir kepada Mallaby yang sedang berada di tengah kerumunan massa yang dianggap berbahaya.

Mayor Venu K. Gopal yang berasal dari militer Inggris-India, komandan Kompi D batalyon 8 Maratha yang bertahan di dalam gedung Internatio itu segera memberikan perintah menembak dan melempar granat ke arah kerumunan massa supaya mereka bisa bubar agar mallaby bisa membebaskan diri. Granat tersebut memang berhasil membubarkan massa aksi dari sekitar mobil yang telah ditumpangi Mallaby. Akan tetapi Mallaby dan beberapa perwira inggris sedang ada di dalam mobil tersebut.

Menurut David Wehl, Mallaby bersama dengan para perwira Inggris lainnya, dia duduk dalam mobil saat ada aksi baku tembak. Saat tembakan mereda, Mallaby mengintip untuk memantau situasi. Beberapa pemuda tidak dikenal lalu mendekatinya. Kapten R.C Smith, seperti dikutip dalam J.G.A. Parrot dalam Who Killed Brigadier Mallaby (1975), melihat ada pemuda yang kemudian melakukan penembakan kepada Mallaby dari jarak yang memang cukup dekat dan itulah senja terakhir untuk Mallaby.

Smith sendiri berusaha untuk membalas penembakan tersebut dengan cara melempar granat kepada pemuda tadi. Tidak jelas bagaimana nasib si pemuda yang telah diduga menembak Mallaby.

Pertempuran pun berlangsung selama berjam-jam, baru berhenti hampir pukul 21.00 malam. Pertempuran mereka setelah ada pengumuman kepada massa rakyat yang telah mengepung gedung internatio bahwa akan dilakukan pengosongan oleh pihak tentara Inggris keesokan harinya. PAsukan Inggris- India itu akhirnya pergi meninggalkan Gedung Internatio dengan menaiki truk-truk yang sudah disediakan oleh pihak Indonesia.

Sebelum keluar dari gedung, pada malam pertempuran tersebut, SMith masih sempat berbicara dengan perwira inggris yang telah mengabari mengenai kematian Mallaby. Tidak lupa perwira itu juga mengancam: “Kematian perwira tinggi Inggris nanti pasti akan dibalas oleh tentara kerajaan Inggris dari laut, udara maupun darat.

Kronologi Tewasnya Mallaby Penyebab Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Foto: Artikelsiana.com)
Kronologi Tewasnya Mallaby Penyebab Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Foto: Artikelsiana.com)

Jalan Karier Sang Jenderal Staf

Semasa perang dunia II, Aubertin Walter Shotern Mallaby merupakan perwira operasional andalan Inggris. Setelah perang, Mallaby dikirim ke Indonesia. Pangkatnya sudah menjadi Mayor Jenderal, akan tetapi karena ditunjuk untuk memimpin pasukan berkkuatan satu brigade maka dia turun pangkan menjadi brigadir.

Menurut Richard McMillan dalam The British Occupation of Indonesia : 1945-1946: The Netherlands and The Indonesia Revolution (2005):”Ini menjadi komando operasi pertama Mallaby setelah kampanye militer di daerah Burma”.

Mallaby lahir pada tanggal 12 Desember 1899 dari pasangan Katharine Mary Francis Mallaby dan Wiliam Calthorpe yang lahir pada tanggal 12 Desember 1899. Masa remajanya diakhiri dengan masuk ke sekolah kadet militer inggris. Setelah belajar menjadi kadet di Welington cadet COllage di India, Mallaby muda mulai melakukan dinas dalam tentara Inggris-India dengan memiliki pangkat Letnan Dua pada tanggal 1 Oktober 1918 yang usianya masih belum menginjak 20 tahun.

Sepanjang kariernya di kemiliteran, sebagai perwira, Mallaby lebih banyak diandalkan sebagai perwira staf dibandingkan menjadi komandan pasukan pertempuran. Dia ditempatkan di resimen Punjab ke-27. Pangkatnya naik menjadi Letnan Satu ketika berdinas di Resimen Punjab ke-67 pada tanggal 20 Juli 1919. Antara 1921 sampai 1924, Mallaby ditempatkan di daerah Waziristan. Setelah pangkatnya dinaikkan menjadi kapten pada tanggal 1 Oktober 1924. Dalam rangka penugasan, sudah berkali-kali pangkatnya mengalami naik turun.

Sebagai perwira, dia pernah bersekolah di Camberley Staff College antara 1930 sampai 1931 dan menjadi perwira staf jenderal dengan memiliki pangkat kapten. Pangkatnya naik menjadi mayor pada tanggal 1 Oktober 1936. Tampaknya, dalam militer Inggris, seorang perwira bisa naik turun pangkat sesuai dengan jenis tugasnya.

Setelah perang Dunia kedua pecah, Mallaby berpangkat letnan Kolonel pada tanggal 15 Agustus 1941. Akan tetapi dia juga pernah memiliki pangkat acting brigadir. Dia ditempatkan sebagai deputi Direktur Operasi Militer pada kantor Urusan Perang sampai tahun 1942. Dia sempat dikembalikan lagi ke Resimen Punjab dari April sampai Agustus 1943. Setelahnya, dia memimpin batalyon di Resimen Hyderabad.

Sejak bulan juli 1944, dengan pangkat brigadir, dia diserahkan tugas memimpin Brigade Infanteri India ke 49 dan pada akhirnya dikirim ke Surabaya. Sebenarnya pangkat Mallaby sudah Mayor Jenderal akan tetapi karena memimpin brigade maka dia turun pangkat kembali menjadi brigadir.

Diperkirakan bahwa penugasan ke Surabaya tidak akan terlalu berbahaya dibandingkan bertugas selama perang dunia II melawan Jepang. Kenyataannya, Mallaby malah terbunuh di Surabaya. Makamnya pun sekarang ada di Menteng Pulo, Jakarta. Di sana terbaring juga jasad jenderal yang lainnya yakni Brigadir Guy Loder-Symonds yang menyusul Mallaby di hari pertama pertempuran 10 november 1945.

Kematian Mallaby inilah menjadi latar belakang pertempuran surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang menelan banyak korban dari kedua belah pihak. Rakyat Indonesia mengenang hari 10 November 1945 ini sebagai hari pahlawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *