Inilah Kisah Dramatis Pertempuran Surabaya 10 November 1945 – Dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby telah menjadi alasan atau latar belakang pertempuran surabaya yang membuat pasukan inggris untuk bisa menggempur habis-habisan kota Surabaya. Meskipun sebenarnya, masih belum jelasi siapa pembunuh Mallaby?.
Pada tanggal 01 November 1945, ada 1500 Marinir Inggris yang berasal dari Jakarta mendarat di kota Surabaya. Kemudian pada tanggal 03 November, mendarat ada sekitar 24.000 Prajurit yang berasal dari Divisi ke-5 dari Malaya.
Pada kedua pasukan ini bukanlah pasukan sembarangan. Pasukan marinir Inggris sudah dikenal sebagai pasukan Elite. Sementara itu divisi ke-5 adalah tentara yang telah mengalahkan marsekal Rommel pada pertempuran di El Alamein. Ditambah lagi dengan adanya sisa pasukan Brigade ke-49, sehingga total pasukan Inggris berjumlah 30.000 personel.
Pihak Inggris juga telah mengerahkan sejumlah kapal perang untuk bisa memborbardir kota Surabaya dari Laut. Mereka juga sudah diperkuat oleh puluhan tank ringan Stuart dan tank Berat Sherman. Artileri Inggris juga menggunakan meriam 15 pon dan howitzer 15 Pound.
Tidak hanya itu saja, ada 20 pesawat tempur Mosquito dan 12 pesawat pemburu P-4 Thunderbolt yang telah mengangkut bom 250 kg yang juga dikerahkan untuk menghajar kota Surabaya.
Semua kekuatan itu dikerahkan untuk bisa menghadapi tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang baru saja berdiri beberapa hari. Dibantu dengan para laskar bersenjata apa adanya dan rakyat yang hanya bersenjatakan senjata tajam. Mereka yang rela untuk bertempur secara habis-habisan karena tidak sudi ingin dijajah kembali.
Orang-orang yang menolak untuk menyerahkan senjata dan berjalan dengan tangan di atas kepala sebagai tanda takluk kepada pihak Inggris.
Terdapat sekitar 20.000 anggota TKR dan laskar bersenjata yang ditambah dengan sukarelawan rakyat yang telah mencapai 100.000 orang.
“Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau Mati! Allahu Akbar.” Teriak Bung Tomo membakar semangat rakyat Surabaya.
Daftar Isi
Mati-matian Memperhatankan Surabaya
Pada tanggal 10 November 1945 tepat di pukul 06.00 WIB, meriam-meriam kapal perang pihak Inggris yang ada di pelabuhan mulai menembakkan meriam-meriammnya. Dari udara, kapal tempur Inggris semakin terus menjatuhkan Bom dan membombardir Surabaya dengan menggunakan senapan mesin. Serangan ini berlangsung sejak dari pagi sampai malam hari.
Ribuan rakyat yang tidak berdosa pun ikut menjadi korban. Kampung-kampung tidak luput dari sasaran bom. Surabaya hancur lebur. Di pasar Turi saja ada ratusan orang yang ingin berbelanja akhirnya tewas. Demikian yang ditulis oleh Batara Hutagulugn dalam buku Surabaya 10 November 1945.
Pada keesokan harinya, pasukan infanteri Inggris mulai merangsek maju dengan dilindungi oleh tank dan tembakan mortir. MEreka telah menduduki kampung semampir dan kebalen di pagi harinya.
Residen dan walikota Surabaya meminta kepada rakyatnya untuk bisa mengungsi ke luar kota hari itu juga untuk dapat menghindari bertambahnya korban. Tidak kurang dari 100.000 rakyat Surabaya meninggalkan kota itu hanya dengan menggunakan pakaian yang ada di badan, tanpa membawa apa pun.
Pertempuran berlangsung sengit dari jalan ke jalan. Dari rumah ke rumah. Dari satu kubu pertahanan rakyat ke kubu yang lainnya. Rakyat Surabay menerjang tank dengan menggunakan senjata seadanya saja.
Mereka tidak takut untuk mati. Sementara TKR dan Laskar memberikan perlawanan secara lebih terorganisir. tentara inggris diperas secara habis-habisan. Inilah yang menjadi pertempuran terberat yang mereka rasakan. Sampai ada yang menjuluki neraka di Timur Jawa.
Mayatpun bergelimpangan di mana-mana. Surabaya dipenuhi dengan ledakan, rentetan tembakan dan asap mengepul tebal.
2. Pertempuran Terakhir di GUnung Sari
Hari demi hari pertempuran surabaya terus berjalan sengit. Pasukan pihak Inggris yang memiliki pengalaman dan terlatih apalagi ditambah dengan berbagai macam senjata berat mulai menunjukkan keunggulannya. Mereka bergerak maju untuk mendesak pejuang.
Pada tanggal 28 November, pertempuran yang hebat terjadi berada di daerah Gunungsari. Inilah kubu pertahanan terakhir dari para pejuang di Surabaya. Sebelumnya pihak INggris sudah menghancurkan depot gudang senjata Jepang di kota Surabaya yang dipakai oleh para pejuang
Pasukan Indonesia hanya bisa diusir dari Surabaya setelah pengeboman artileri dan penembakan maeriam dari kapal perang secara besar-besaran dan 21 pertempuran yang sengit, kata Mayor R. B. Houston, seorang perwira Batalyon Gurkha Rifles ke 10 dalam buku What Happened in Java: History of The 23Division.
Kalau dihitung, pertempuran yang berlangsung selama lebih dari 28 hari. Padahal pihak Inggris pernah jumawa, yakin akan menaklukkan Surabaya hanya dengan kurang tiga hari.
Para pejuang bergerak mundur ke luar kota Surabaya. Membangun basis perlawanan terletak di Sidoarjo, Gresik dan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Akan tetapi sejumlah gerilyawan terus ada di dalam kota Surabaya, meneror tentara Inggris dengan melakukan aksi Sporadis dan penembak jitu. TEmbak-menembak sejatinya tidak pernah benar-benar berhenti di Surabaya.
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah korban. Diprediksi ada 600 orang lebih prajurit Inggris tewas di sana. Sementara itu dari pihak Indonesia ada sebanyak 16.000 rakyat dan pejuang yang telah berguguran.
Inggris Dibuat Kapok
Meskipun pejuang dipukul mundur, pertempuran Surabaya mempunyai arti yang penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Aksi dalam melawan pasukan Inggris kemudian terjadi di mana-mana.
Pertempuran besar pecah ada di Bojong Kokosan, Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 09 Desember 1945. 12-15 Desember Kolonel Soedirman memimpin pasukan dalam mengalahkan tentara Inggris yang terletak di Ambarawa. Begitupun juga dengan pertempuran bandung lautan api di tanggal 23 Maret 1946.
Inggris menyadari, bahwa tidak ada gunanya terus ada di Indonesia. Mereka tidak ingin terus menerus diperalat oleh pihak Belanda yang telah membonceng di belakang mereka dengan maksud untuk menguasai kembali Indonesia. Banyak tentara mereka, terutama pasukan Gurkha yang sudah muak harus berperang di Surabaya.
Untuk apa kita disini, kata mereka tidak mengerti!
Pada tahun 1946, tentara Inggris yang terakhir meninggalkan Indonesia. Mereka sadar bahwa membiarkan pasukannya tinggal lebih lama itu ibarat bunuh diri. Nasionalis Indonesia bukanlah omong kosong.