Apa Yang Dimaksud Pelayaran Hongi? Inilah Arti, Tujuan, Praktik dan Dampaknya



Pelayaran Hongi – Dalam sejarah, rempah-rempah membuat jaringan perdagangan pada saat itu sebagai komoditi utama. Terbukti sekitar abad ke-16, bangsa eropa beramai-ramai datang dengan jaringan perdagangannya.

Dalam konteks perdagangan global, ada jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia barat yang saat itu sebagai konsumen. Sedangkan dunia timur bergerak sebagai penghasil komoditi salah satunya Indonesia.

Salah satu daerah yang ramai terdapat Jaringan perdagangan ialah Maluku. Daerah ini dikenal pusat produksi cengkeh dan pala (Kepulauan Rempah-Rempah).

Selain itu terdapat pulau ambon, kepulauan lease dan kepulauan banda sebagai penghasil cengkeh. Sedangkan untuk wilayah ba cengkeh di wilayah Pulau Ambon dan Kepulauan Lease.



Menurut data sebaran benteng menampilkan bahwa pertengahan abad ke-17, Belanda telah berhasil membangun benteng di setiap pulau yang terdapat di daerah Maluku apalagi Pulau Ambon dan Kepulauan Lease serta Kepulauan Banda.



Melajunya perdagangan ditambah dengan sistem pertahanan, semakin membuat Belanda melejit dengan cepat dalam membuat kebijakan untuk memusatkan komoditi rempah-rempah di kedua wilayah ialah Pulau Ambon dan Kepulauan Lease, serta Kepulauan Banda.



Bukti-bukti ini dapat dilihat dengan berhasilnya Gubernur de Vlaming pada Januari 1652. Keberhasilan gubernur itu yang mampu mendesak Sultan Ternate Mandar Syah.

Keberhasilan Gubernur de Vlaming, membuat Sultan Ternate Mandar Syah menandatangani perjanjian terkait pelarangan penanaman pohon cengkeh yang terdapat di daerah Maluku (dan Maluku Utara) kecuali di Pulau Ambon dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Kebijakan ini diikuti juga dengan pemusatan penanaman pohon pala di Kepulauan Banda. Selain dari fungsi pertahanan, fasilitas seperti gudang komoditi serta dermaga yang melengkapi fungsi perdagangan, membuat benteng yang ditujukan sarana pendukung utama tata niaga rempah-rempah di Maluku.

Agar hal itu dapat terjamin, negeri belanda kembai melancarkan strateginya dengan menerapkan kebijakan lain yaitu pelayaran hongi atau ekspedisi hongitochten.

Yang dimaksud dengan pelayaran hongi atau armada hongi adalah pengerahan armada kapal yang dipersenjatai yang berfungsi pengawasan terhadap daerah penghasil cengkeh.

Pelayaran hongi telah berlangsung sejak masa pendudukan Portugis dan dilanjutkan Belanda setelah berhasil merebut penguasaan atas wilayah ini.

Sejak pemerintahan bangsa Portugis, telah terjadi interaksi antara penduduk Leitimor (bagian timur Pulau Ambon) untuk menyediakan perahu pengangkut yang diistilahkan kora-kora (perahu tradisional Maluku).

Dari sinilah, Armada ini difungsikan untuk melaksanakan pelayaran hongi atau pada masa Belanda yang disebut dengan ekspedisi hongitochten.

Upaya menguasai perdagangan cengkeh, bangsa Eropa menjalankan pembatasan penanaman pohon yang bertujuan agar pasokan cengkeh dapat dijaga dan harga juga dapat dipertahankan.

Tentu saja, ketika pasokan cengkeh berlebih maka harga yang terdapat pasaran akan turun, Akan tetapi ketika pasokan cengkeh dapat dipertahankan maka harga komoditi ini dapat dipertahankan juga.

Tidak hanya itu, armada ini juga bertujuan untuk melakukan pengawasan terhadap penduduk pribumi sehingga tetap menjual hasil panen cengkeh kepada Belanda.

Apa Yang Dimaksud Pelayaran Hongi?

Secara umum, pengertian pelayaran hongi adalah sistem keamanan VOC yang bertujuan menjaga, mengawasi serta mencegah adanya pelanggaran pedagang yang mencari rempah-rempah di nusantara.

Latar Belakang Pelayaran Hongi

VOC memiliki hak untuk mengatur harga rempah–rempah dan komoditi dari masyarakat pribumi di negara Indonesia. VOC membeli rempah–rempah dengan harga murah berdampak pribumi mengalami kerugian.

Dampak dari kerugian tersebut, terdapat kelompok pribumi biasanya menjual rempah–rempah kepada pedagang lain selain VOC melalui jalur laut. Hal inilah VOC membuat suatu pelayaran yang bertujuan untuk mengatur perdagangan rempah-rempah di laut.

Pelayaran Hongi berasal dari suatu pelayaran VOC yang memakai sebuah kapal dengan bentuk kura–kura.

Lambat laun orang–orang menyebut pelayaran itu sebagai pelayaran hongi. Sejarah mencatat tahun 1621 masyarakat Banda pernah membuat perlawanan dengan menentang adanya kebijakan VOC,

Namun sayang, pertentangan itu seketika dibalas oleh Jan Pieterzoon Coen dengan mengirimkan armada kapalnya untuk menghancurkan masyarakat yang melawan.

Selain itu VOC jmenyingkirkan pedagang lain untuk lebih menguatkan posisinya di Indonesia dengan menyingkirkan pedagang Inggris, Portugis dan Spanyol.

Hadirnya pelayaran Hongi ini VOC secara langsung membuat masyarakat pribumi untuk rela menjual rempah–rempahnya ke VOC.

Peraturan Pelayaran Hongi

Aturannya Pemerintah VOC membuat perjanjian dengan raja, patih, dan orang kaya pemimpin Negeri-negeri yang mengijinkan agar terjadi pemusnahan tanaman Cengkih serta Pala di wilayahnya.

Selain itu diwajibkan untuk menyediakan kora-kora serta pendayungnya untuk kemudian berlayar ke negeri atau pulau lain.

Untuk seluruh kegiatan tersebut maka Kepala Negeri itu ternyata mendapatkan sejumlah ganti rugi. Namun faktanya, karena sering terjadi Korupsi yang dilakukan para pegawai VOC dan kepala-kepala negeri, rakyat tidak pernah mendapatkan apa-apa.

Ketika perkebunan dimusnahkan dengan api, parang, dan kapak, rakyat hanya bergerak dengan meratapi seluruh hasil kerja kerasnya.

Pelayaran Hongi membuat rakyat Kepulauan Maluku yang dulunya makmur kini harus jatuh dalam kemelaratan. Aturan dengan dibuatnya kebijakan Pelayaran Hongi terus dilakukan VOC dengan “Tangan Besi”,

Demikian ini lantaran kepala negeri yang menolak maka akan di buang negeri dan rakyatnya akan di repatriasi atau di deportasi (pemindahan paksa penduduk antar pulau), sehingga dikerjakan melalui Kerja Rodi di kebun milik VOC.

Apabila terdapat para pria pribumi yang diketahui menolak mendayung diperahu kora-kora akan dicambuk oleh kepala negeri dan didenda.

Dalam sejarah Ekstirpasi Maluku telah membuat populasi rakyat Maluku ini ternyata berkurang sepertiga sampai separuhnya.

Apa Yang Dimaksud Pelayaran Hongi? Inilah Arti, Tujuan, Praktik dan Dampaknya (Foto: Artikelsiana.com)
Apa Yang Dimaksud Pelayaran Hongi? Inilah Arti, Tujuan, Praktik dan Dampaknya (Foto: Artikelsiana.com)

Tujuan Pelayaran Hongi

Adapun tujuan pelayaran Hongi adalah sebagai berikut:

  • Untuk mengawasi perdagangan monopoli oleh VOC.
  • Untuk mengawasi perdagangan rempah-rempah khususnya yang terdapat di Maluku.
  • Bertujuan untuk memusnahkan produksi rempah-rempah yang berlebihan.
  • Pelayaran hongi bertujuan agar dapat mempertahankan sistem monopoli.

Dampak dan Akibat Pelayaran Hongi

Pelayaran Hongi memiliki dampak lebih banyak merugikan ke pihak pribumi atau Indonesia. Dampak itu ialah:

  1. Kerugian para penjual rempah-rempah pribumi karena tidak dapat menjual ke pedagang lain.
  2. Dampak buruk juga diterima pribumi dimana VOC ternyata membelinya dengan harga murah.
  3. Kentungannya hanya bagi VOC sebab dapat keuntungan berkali lipat.
  4. VOC perlahan mengetahui celah dari perdagangan laut yang dilakukan oleh pribumi.
  5. Bagi pribumi yang melanggar, mendapatkan hukuman penyitaan barang dagangan dan yang sadis ialah dapat di bunuh oleh VOC.

Demikianlah informasi mengenai Apa Yang dimaksud Pelayaran Hongi termasuk dari Pengertian, Latar Belakang, Praktik Pelayaran Hongi, Tujuan Pelayaran Hongi dan Akibat pelayaran hongi. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *