Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh sesosok ayah, yang mana kehidupannya yang semula cerah serta bahagia kini telah berubah menjadi sebuah derita, duka, dan lara.
Bukan berarti bahwa anak yatim tersebut tidaklah bisa menjalani kehidupan seperti manusia lainnya, akan tetapi dibalik itu semua terdapat kehidupan yang penuh dengan kesedihan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, tersingkap penuh dengan makna sebab anak yatim tersebut mempunyai hak-hak yang harus diberikan oleh orang-orang sekitarnya.
Diketahui untuk hak-hak yang diterima oleh anak yatim adalah mendapatkan perlakuan baik, pemenuhan kebutuhan pokok, memperbaiki atau menyediakan tempat tinggal, memberikan pendidikan moral yang layak dan mendapatkan warisan orang tua.
Selain itu menurut pakar ilmu tafsir dan hukum Islam Prof Dr. KH Ahsin Sakho Muhammad bahwa “Nabi berada di sisi orang-orang yang menanggung anak yatim“. Untuk itu bagi yang mengetahui bahwa orang tersebut adalah anak yatim maka hendaklah orang tersebut berbuat baik, memuliakan anak yatim tersebut, mengurusnya dan juga bergaul dengannya seperti saudara.
Olehnya itu, anak yatim tidak hanya membutuhkan batuan berupa persoalan materil atau fisik seperti pakaian, makanan, minuman dan persoalan tempat tinggal. Namun jauh dari pada itu, anak yatim juga membutuhkan curahan kasih sayang. Dan bahkan dalam Islam ditegaskan bahwa jangan membuat anak yatim merasa tersakiti.
Dalam Alquran surah al- Ma’un ayat 1-3, Allah bersabda, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” Disebutkan juga bahwa orang Islam yang memakan harta anak yatim adalah dosa besar baginya sebab anak yatim sendiri adalah sosok yang lemah.
Perlu diketahui bersama bahwa Nabi SAW merupakan contoh nyata dari kehidupan seorang anak yatim dimana pada saat usia belia, telah kehilangan ayahnya dan berpindah-pindah ke saudara-saudaranya. Pengalaman hidup itu, tentu dirasakan oleh Nabi bagaimana dirinya terombang-ambing.
Dalam HR Thabrani, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan engkau mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai.“
Apa Yang Dimaksud Dengan Menghardik Anak Yatim?
Berdasarkan dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa adapun jawaban mengenai topik diatas yang berjudul menghardik anak yatim bisa diartikan dalam kata menghardik dalam kata verbal dan menghardik dalam kata nonverbal. Menghardik dengan verbal artinya seseorang menghardik anak yatim dengan kata-kata kasar, mengejek, dan menghina mereka. Sedangkan, hardik dengan nonverbal artinya menghardik anak yatim dengan menzalimi secara tindakan atau perbuatan.
Larangan Terhadap Anak Yatim
Diketahui pula bahwa terdapat larangan terhadap anak yatim seperti:
-
- Bertindak sewenang-wenang
- Menghardik anak yatim
- Mendekati harta mereka
- Mencampuradukkan antara Harta mereka dengan harta milik pribadi
- Menukar harta dan memakan harta mereka
Demikianlah informasi mengenai topik yang berjudul Apa Yang Dimaksud Dengan Menghardik Anak Yatim? Jelaskan. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam berbagi teman-teman.